25 January 2007
Alloh Melihat Aksi Kita
Suatu ketika di Baghdad ada seorang sufi yang sangat sederhana. Bajunya compang-camping, miskin papa dan sering kelaparan, namun hal itu tidak membuatnya sedih. Sang sufi sangat taat dalam beribadah dan sering memberikan nasihat-nasihat yang sangat berharga kepada orang-orang disekelilingnya.
Suatu hari, ketika hendak ke pasar, ditengah jalan sang sufi bertemu dengan seorang pencuri yang kala itu bingung mencari orang yang dapat dijadikan rekanan kerjanya dalam beraksi. Melihat kondisi sang sufi yang sangat miskin papa tersebut, si pencuri berpikir, ini adalah orang yang cocok dan pasti mau dengan tawaranku.
" Wahai saudaraku, kulihat kau sangat miskin, maukah kau kutawarkan sebuah pekerjaan yang akan membuat dirimu kaya?" tanya si pencuri kepada sang sufi.
" Pekerjaan apakah itu wahai saudaraku?" balas sang sufi.
Dengan penuh hati-hati si pencuri menjawab, "eh...ehh...mencuri wahai saudaraku".
Diluar dugaan sang sufi menjawab dengan tegas, " hmmm, ayo..saya mau bergabung dengan kau wahai saudaraku, kapan kita mulai beraksi? sekarang juga saya siap"
"Bagus kalo begitu, sekarang juga kita akan beraksi di pasar setelah tutup sore hari" Si pencuri membalas semakin mantap.
"Tapi tunggu dulu, apa tugasku? aku kan gak ada pengalaman mencuri, aku tidak punya keahlian sedikitpun mencuri??" tanya sang sufi kepada si pencuri.
"Gampang saja, tugasmu cuma menjaga diriku untuk memastikan saat aku beraksi lingkungan dalam kondisi aman, tidak ada yang melihat, jika ada orang lewat atau hal-hal yang berbahaya, segera beri kode aku agar aku langsung mengamankan diriku" kata si pencuri dengan jelas.
Akhirnya setelah sampai waktu yang disepakati, mereka berdua berangkat beraksi. Dan sesuai dengan yang telah direncanakan. Sore itu pasar dalam keadaan sepi. Maka tanpa pikir panjang, sipencuri menginstruksikan kepada sang sufi untuk berjaga-jaga digerbang pasar, dan si pencuri pun langsung menuju salah satu toko emas yang sudah tutup ditinggal penjualnya.
Namun apa yang terjadi, baru saja si pencuri hendak mencongkel toko tersebut, dari arah gerbang pasar terdengar suara sang sufi berteriak, "ada yang melihat...awas hati-hati..kabur....!!!". Tanpa pikir panjang, si pencuri lari tunggang-langgang dengan membawa sebuah keheranan, pada jam sore seperti ini kok ada orang yang mau belanja. Setelah tiba disuatu tempat yang dirasa aman, si pencuri menghentikan langkah seribunya, diamati dari kejauhan tidak ada seorang pun yang berada dipasar kecuali pegawai yang baru diangkatnya, yakni sang sufi yang berjalan santai mendekatinya.
Kontan saja si pencuri marah dan bertanya dengan penuh keheranan, "wahai saudaraku, kenapa kau berteriak ada yang melihat??? bukankah tidak ada seorangpun selain aku dan kau??"
Dengan santai sang sufi menjawab, " iya, memang ada yang melihat .., dan memang bukan orang, melainkan Alloh Yang Maha Tahu..."
"Apakah dengan mencuri kau akan kaya wahai saudaraku? tidak wahai saudaraku, kaya itu berasal dari diri kita yang ikhlas menerima apa yang kita terima setelah kita telah berikhtiar dan beristighfar"
Mendengar jawaban tersebut sipencuri menangis, merasa berdosa, berjanji tidak mengulangi perbuatannya, bertobat dan meminta maaf kepada sang sufi dan bertekad untuk berguru kepadanya. Setelah beberapa tahun, si pencuri tadi menjadi seorang saudagar yang kaya raya dan dermawan.
Demikianlah kisah yang sangat menggugah, sebuah kekayaan tidak lah ada artinya jika kita tidak meraihnya di jalan Alloh. Dan sebenar-benarnya kekayaan ialah sifat diri kita yang ikhlas menerima apa yang telah Alloh rizkikan kekita. Coba kita bayangkan berapa banyak nikmat Alloh, hingga komputer tercanggihpun tak mampu menghitungnya. Semoga kita tergolong orang-orang yang bersyukur.
"Dan seumpama seluruh air lautan yang ada didunia digunakan sebagai tintanya, dan seluruh pepohonan yang ada didunia digunakan menjadi kertasnya, maka takkan cukup untuk menghitung nikmat Alloh kepada ummatNya"
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment